Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Ke Pedalaman Pulau Bawean

Pulau Bawean, terletak sekitar 120 km di utara pulau Madura dan Jawa, merupakah salah satu pulau kecil di tengah laut Jawa. Pulau Bawean masih termasuk dalam teritorial perairan kabupaten Gresik. Meski begitu, bahasa dan budayanya bisa dibilang Madura banget. Untuk komunikasi sehari-hari masyarakat Bawean menggunakan bahasa Madura. Bahasa Madura yang digunakan adalah bahasa Madura "Kaulâ-dhika", tingkatan menengah dalam hierarki kesopanan bahasa Madura. Di sini cara berbicara dengan orang yang strata sosialnya lebih tinggi atau lebih lebih rendah adalah sama. Meski dialeknya mirip bahasa Maduranya orang Sumenep, namun tidak saya temukan penduduk Bawean yang menggunakan bahasa halus ala kraton. Pegunungan terlihat dari pelabuhan Pulau Bawean Awalnya saya tidak pernah menyangka akan tiba di pulau ini. Berawal dari undangan sepupu untuk menghadiri acara resepsi pernikahan dia di rumah istrinya, takdir pun menuntun saya untuk menginjakkan kaki di sebuah pulau kecil di ant

Madura, I'm Coming

Jam menunjukkan pukul 05:15 am. Perjalanan ke kampung halaman masih tinggal 350-an kilometer. Rembang - Sumenep bukanlah jarak yang bisa dianggap enteng, lebih jauh dari Malang - Sumenep yang saya jalani bersama Muktirrahman bulan puasa tahun lalu. Saya masih ingat betul bagaimana rasanya menempuh jarak 250 km menggunakan motor bebek Suzuki Smash 110 cc dari Malang ke Kapedi, Sumenep. Berangkat jam 11:00 siang hari dan sampai jam 09:30 malam hari dengan 3 kali istirahat untuk buka puasa dan berteduh dari hujan, meskipun tujuan kedua tak berakhir menyenangkan, karena ujung-ujungnya kami basah-basahan juga. Nah, kali ini saya harus menempuh jarak 350 km lagi untuk sampai di Sumenep. Namun, karena kondisi cuaca bagus, dalam perhitungan saya paling tidak jam 03:00 pm sore nanti kami akan tiba di tujuan, dengan asumsi istirahat sekedarnya saja. Selain itu karena bawaan kami kali ini tidak banyak, perjalanan in syaa Allah tidak akan terlalu melelahkan. Bismillah, dengan sisa semangat

Yang Kamu Lakukan Itu Jahat (?)

Jam 20.45 pm, setelah pamitan kepada remaja Masjid Jami Purwosari dan ustadz mereka yang baru saja datang, kami melanjutkan perjalanan. Saya yang pegang kemudi kali ini. Motor melaju dengan kecepatan sedang, antara 60-70 km/h. Sempat beberapa kali kecepatan tanpa terasa sudah di angka 80 km/h, tapi saya turunkan lagi ke angka 70 km/h. Meskipun penerangan jalam pantura cukup baik, berhati-hati tetaplah lebih baik. Lebih-lebih berkendara di malam hari dengan kondisi penglihatan saya yang tidak sebaik manusia normal lainnya, risiko jadi semakin tinggi. Bagi saya berkendara di malam hari itu cukup menyiksa, di samping karena faktor mata minus, saya juga harus lebih banyak memicingkan mata untuk mengurangi silau lampu kendaraan dari arah berlawanan. Jadi, secara subjektif saya menilai keputusan ganti pengemudi di saat seperti ini sungguh tidak manusiawi. "Suryadi, kenapa kau biarkan aku yang mengemudi di malam hari? Kenapa bukan saat siang saja tadi? Suryadi, apa yang kamu lakuk

Akhirat Berbonus Dunia, Demak Berbonus Gado-Gado

من كان يريد حرث الآخرة نزد له في حرثه، ومن كان يريد حرث الدنيا نؤته منها وما له في الآخرة من نصيب Ayat al-Quran yang kira-kira artinya begini, "Barang siapa melakukan sesuatu untuk akhirat, niscaya Kami tambahkan penghasilannya. Barang siapa melakukan sesuatu untuk dunia, maka kami berikan baginya dunia, tetapi di akhirat dia tidak akan mendapatkan apa-apa" Saya awali bagian ini dengan sebuah ayat al-Quran karena ada momen membahagiakan yang kami alami. Yah, paling tidak setelah dihajar habis-habisan oleh gaya brutal Ghost Rider, saya bisa sumringah bahagia di pembuka malam ke-24 bulan puasa tahun ini. Setelah meneguk satu botol air mineral dingin di depan Alfamart, perjalanan pun kami lanjutkan. Tujuannya bukan untuk melahap jalanan sejauh mungkin, tetapi mencari tempat untuk istirahat, entah itu masjid atau rumah makan, yang ketemu duluan, di sanalah kami akan singgah. Meski yah, jujur rumah makan lebih kami harapkan. Alasannya sederhana, rumah makan biasanya

The Real Ghost Rider

"Di, bangun, Di" saya membangunkan Suryadi yang sedang terlelap. Jam menunjukkan pukul 02.15 pm. Masjid masih ramai oleh (suara ngorok) para singgaher. Posisi mereka rata-rata sama, tidur berbantalkan tas ransel dengan tubuh terlentang, sangat kentara raut kelelahan di wajah mereka. Saya yakin, masjid adalah tempat paling nyaman untuk istirahat di tengah perjalanan, tetapi nyaman belum tentu aman. Jika sandal jepit saja bisa hilang, apalagi hp dan jam tangan. Maka, cara terbaik untuk hilang kesadaran di masjid adalah menaruh barang bawaan di tempat yang aman. Jika tidak ada tempat penitipan, pilihan lainnya adalah di bawah kepala. Itung-itung juga membuat tidur lebih nyaman bagi mereka yang terbiasa menggunakan bantal. Suryadi bangun dengan mata merah, mirip mata Itachi Uchiha saat mengaktifkan Sharingannya, meskipun tentu saja temen saya ini tidak se-cool Itachi lah. "Bang, ayo berangkat lagi. Target kita Maghrib sudah harus di Semarang, kita buka puasa di sana na

Ketika si Jakcy Hoki Pegang Kemudi

Hari ini bisa jadi merupakan hari paling bersejarah bagi saya. Setelah direncanakan dari beberapa hari yang lalu, saya putuskan tahun ini mudik menggunakan motor. Apa hebatnya sih mudik menggunakan motor? Memang tidak ada yang istimewa, kecuali jika jaraknya adalah antara Bekasi dan Sumenep. Menurut Google Map jarak Bekasi-Sumenep (jika tidak melalui jalan tol) adalah 920 km. Jarak segitu saya rasa sudah cukup menjadikan perjalanan ini istimewa. Ini motor loh, bukan kereta bukan pesawat. Persiapan sudah selesai, packing baju, charge kamera sampe penuh, dan makan sahur sudah saya lakukan. Dan, oh ya, dalam perjalanan ini saya ditemani oleh teman saya, Suryadi. Dia adalah teman sejak masih di pesantren dulu, kebetulan sama-sama bekerja di Bekasi. Dia adalah tipe orang yang tidak pikir panjang, grasa-grusu, dan keras kepala. Dia suka mengerjakan sesuatu tanpa persiapan. Ketika sadar ada yang tidak beres dalam kerjaanya, baru dia mikir. Namun sejauh ini dia selalu hoki, dia selalu be