Langsung ke konten utama

Masyarakat Pinggiran



Geliat anime dalam negeri mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Perbaikan-perbaikan dan pembenahan tidak hanya dari sisi kualitas animasi, seperti efek 3D, warna, dan mimik wajah karakter, tetapi juga dari sisi sekenario, alur cerita, dialog dan pesan yang terkadung di dalamnya. Sebutlah di antaranya serial Keluarga Somat yang menceritakan keseharian si Dudung dan si Ninung, atau serial Bilu Mela yang mengambil ide animasi terkenal, Finding Nemo. Kualitas animasi Indonesia memang masih sedikit tertinggal dibanding animasi negeri tetangga, Malaysia yang punya Upin & Ipin dan serial Boboiboy. Yah, saya akui Upin & Ipin memang sangat bagus dilihat dari bobot cerita, sementara Boboiboy unggul di sisi fantasinya.

Tapi, ada satu animasi buatan Indonesia yang dari sisi cerita tidak kalah dari Upin & Ipin, animasi sangat berkualitas dengan cerita khas Indonesia. Yap, apa lagi kalau bukan serial Adit & Sopo Jarwo. Kok bisa? Apa yang istimewa dari serial kartun ini?

Oke, secara grafik animasi Adit & Sopo Jarwo menurut saya tidak ada yang istimewa. Tetapi dari sisi bobot cerita saya harus memberikan dua jempolku sekaligus. Serial Adit & Sopo Jarwo menceritakan tentang tokoh utama bernama Adit, Sopo, dan Jarwo. Mereka tinggal di sebuah kampung pinggiran kota besar (yang dalam dugaan saya itu adalah kota Jakarta). Adit sebagai tokoh protagonis adalah seorang anak kampung yang cerdas dan punya mimpi tinggi, sedangkan Jarwo sebagai tokoh antagonis adalah seorang pengangguran yang kerja serampangan untuk makan sehari-hari. Jarwo digambarkan sebagai sosok yang plin-plan dan grasa-grusu. Sehari-hari Jarwo selalu dibantu oleh anak buahnya yang bernama Sopo, pemuda gemuk yang sepertinya menderita gangguan kognitif, alias telmi. Makanya tidak jarang bantuan dari Sopo malah membuat masalah Jarwo makin berantakan. Adit dan Jarwo sering berseteru karena perbedaan cara pandang mereka terhadap suatu persoalan. Pertualangan Adit dan kawan-kawan selalu dihadapkan dengan lawan abadi mereka, Jarwo dan Sopo.

Sebenarnya penyebutan tokoh protagonis dan antagonis untuk serial ini menurut saya kurang tepat juga, karena konfilk antara Adit dan Jarwo bukan antara baik dan jahat maupun antara kekuatan hitam dan putih, tetapi lebih kepada perbedaan paham saja. Untunglah dalam setiap perseteruan yang terjadi di antara mereka ada Pak RW Haji Udin, sosok bijaksana yang selalu bisa menengahi. Haji Udin sudah belasan tahun menjabat sebagai ketua RW dan disegani oleh semua warga. Oleh sebab itu dialah yang selalu memberikan solusi atas permasalahan warganya, wabil khusus Jarwo.

Secara umum cerita Adit & Sopo Jarwo berhasil dikemas dengan apik, disetting sedemikian rupa sehingga tidak hanya menghibur, tapi juga sarat makna. Pesan moral, alur cerita, dan konflik sangat bercita rasa Indonesia, alami, dan tidak dipaksakan. Cerita juga tak jarang diselingi dengan banyak humor kocak tanpa menggunakan unsur 'humor seksis' yang saat ini menjadi tren dunia komedi Indonesia.

Namun yang cukup menggelitik hati saya adalah penggambaran kehidupan tokoh dan latar tempatnya. Suasana perkampungan di pinggir kota besar seakan betul-betul dihadirkan di hadapan kita dengan segala permasalahannya, dan itu saya rasa sangat mewakili ketimpangan masyarakat yang acap kali terjadi di kota besar. Ternyata di pinggiran kota ada kehidupan masyarakat yang masih tradisional dan terbelakang, warga yang juga kegirangan saat kedatangan penyanyi Cerrybelle dan Armand Maulana. Tidak seperti yang dibayangkan bahwa masyarakat kota melihat artis itu sudah biasa.

Jangan dikira bahwa di kota besar (seperti Jakarta) semuanya serba gemerlap, masyarakatnya modern, canggih, dan individualis. Masih banyak perkampungan kecil di sudut-sudut kota yang belum tersentuh kemajuan, pemukiman masih sederhana, jalanan belum beraspal, belanja bukan di mall, tapi di warung dan pasar tradisional, masyarakatnya masih kuat memegang kearifan lokal, suka bergotong-royong, anak-anak masih bermain tanah, petak umpet, gobak sodor, dan telanjang kaki. Sementara tak jauh dari sana ada sebuah peradaban yang super modern, gedung-gedung pencakar langit terlihat begitu angkuh berdiri, pusat perbelanjaan mewah, perkantoran pemerintah, perumahan-perumahan bergengsi, dan peralatan yang serba canggih.

Adit & Sopo Jarwo mampu menggambarkan ketimpangan ini dengan baik. Animasi ini ingin menonjolkan sisi kampung di kota besar dan gaya hidup masyarakatnya yang masih tradisional. Kartun ini seakan bilang "Ini loh sisi lain kota besar. Tidak semua orang kota kaya, ada yang hidupnya pas-pasan, tinggal di perumahan sederhana di kampung pinggiran. Tidak semua orang kota individualis, ada juga yang masih kompak seperti di desa, suka gotong-royong, membantu sesama tanpa berpikir soal materi. Tidak semua orang kota canggih dan borjuis, masih ada yang hidup apa adanya, ekonomi susah, harus banting tulang untuk makan sehari-hari. Tidak semua anak-anak kota mainannya gadget, sepatu roda, atau ke taman bermain yang harus bayar mahal untuk menikmatinya, masih banyak anak-anak kota yang tidak kehilangan keceriaannya dengan berlari-lari di jalanan kampung, kejar-kejaran, bermain bola dan petak umpet. Di tengah gegap gempita kehidupan kota, ternyata ada oase-oase kecil yang menyejukkan, dan menenangkan"

Dalam penilaian saya kartun Adit & Sopo Jarwo bisa lah disejajarkan dengan serial Upin & Ipin buatan Malaysia. Meski jujur, Upin & Ipin lebih apik dalam mengemas cerita dan suasana Kampung Durian Runtuh hingga terasa sangat mirip dengan realitas kampung di dunia nyata. But, overal Adit & Sopo Jarwo patut diapresiasi setinggi-tingginya.

Bintang lima deh buat Adit & Sopo Jarwo!