Langsung ke konten utama

Hormati Mereka yang Berpuasa dan Tidak Berpuasa

Tidak perlu berkata nyinyir menyikapi beberapa oknum yang menutup paksa warung makanan di siang hari bulan puasa, tidak juga dalam menanggapi perkataan menteri agama yang dianggap kontroversial itu.
Kita umat Islam melaksanakan ibadah puasa bukan untuk dipuji atau dihormati, melainkan karena mengharap pahala dari Allah dan memanfaatkan momen berharga pada bulan mulia dengan sebaik-baiknya untuk menjadi orang yang mulia. Jadi, persoalan buka tidaknya warung makanan di siang hari harusnya bukan masalah bagi kita yang benar-benar beriman. Toh faktanya jika ngomong soal makanan, minimarket juga menjual makanan dan tetap bebas buka di siang hari bulan puasa. Apa lantas minimarket harus menutupi semua makanan yang dijualnya agar tidak terlihat oleh masyarakat yang sedang berpuasa. Lucu kan?
Namun, bukan berarti kita juga harus mengecam orang-orang yang mencoba menertibkan penjual atau warung makanan yang beroperasi di siang hari. Secara pribadi saya lebih setuju warung makanan sebaiknya tidak buka pada siang hari, kecuali di tempat-tempat orang biasanya tidak berpuasa, seperti di terminal, stasiun, dan pelabuhan yang merupakan tempat musafir berada, atau di daerah yang umat Islamnya minoritas.
Harus dipahami bahwa musafir, wanita hamil/menyusui, dan orang-orang berudzur lainnya hanya sebatas diperbolehkan tidak berpuasa. Ingat, "diperbolehkan tidak berpuasa", bukan "tidak diperbolehkan berpuasa". Artinya jika mereka berpuasa ya sah-sah saja, bahkan itu lebih baik seperti yang telah diatur dalam al-Quran. Mereka yang tidak diperbolehkan berpuasa adalah jika puasa dapat membahayakan jiwanya. Misalnya, jika dia tidak makan dan minum dalam 6 jam akan mati. Untuk kondisi khusus seperti ini, orang yang sedang berpuasa pun wajib memberinya makanan.
Nah, jadi sebenarnya mereka yang tidak berpuasa karena udzur itu sedang mengambil hak mereka, yaitu keringanan untuk tidak berpuasa. Sementara orang yang berpuasa, mereka sedang melaksanakan kewajiban. Jadi, dari sini kita bisa mengukur siapa sebaiknya menghormati siapa. Lagi pula, seandainya mereka yang berhalangan puasa membutuhkan makanan, mereka bisa membelinya di malam hari dan disimpan untuk dikonsumsi pada siang harinya, tidak harus membelinya di siang hari.
Tidak membuka warung makanan pada siang hari adalah sebagai wujud penghormatan kepada mereka yang sedang melakukan ibadah puasa. Memang tidak ada dalil agama yang menyatakan tidak boleh berjualan makanan pada siang hari bulan Ramadhan, tidak satupun. Jadi, mereka yang menjual makanan pada siang bulan Ramadhan sebenarnya tidak berdosa. Tetapi, apa salahnya jika mereka memiliki sedikit tenggang rasa dan menghormati orang Islam yang sedang berpuasa.
Anjuran untuk tidak berjualan makanan di siang hari tidak bisa disimpulkan sebagai sifat gila hormat, orang berpuasa minta dihormati oleh mereka yang tidak berpuasa. Saya kira ini tidak beda jauh dengan seorang guru menyuruh siswanya agar menghormati guru. Apa lantas disimpulkan bahwa guru ingin dihormati? Tentu saja tidak. Itu adalah bentuk pendidikan karakter. Bayangkan jika siswa dibiarkan saja dan tidak dididik dengan sifat-sifat terpuji seperti menghormati, besar kemungkinan akan lahir generasi-generasi yang tidak kenal rasa hormat. Ketika rasa hormat sudah hilang, saat semua orang sudah tidak saling menghormati, maka mereka akan kehilangan rasa malu dan bertindak sesukanya.
Orang berpuasa tidak berhak melarang yang tidak berpuasa untuk makan. Hormati mereka yang tidak berpuasa untuk mendapatkan haknya. Tetapi, orang yang tidak berpuasa juga sebaiknya tidak makan di sembarang tempat. Hormati mereka yang sedang berpuasa. Termasuk mereka yang menjual makanan, tidak berjualan di sembarang tempat. Menghormati orang berpuasa tidak akan mengurangi harga diri mereka kok. Justru sebaliknya, dengan menghormati mereka akan lebih terhormat.