Langsung ke konten utama

Mind Palace

Mind Palace atau Istana Pikiran, istilah yang saya kenal melalui serial detektif Sherlock Holmes episode Hound of Baskerville merupakan teknik mengelola ingatan, mengolah informasi dan menggunakannya untuk memecahkan suatu masalah dengan cepat.

Sherlock Holmes membangun sebuah istana di dalam pikirannya untuk menyimpan informasi yang dia dapat, memetakannya berdasarkan kategori-kategori, dan menempatkannya dalam ruang-ruang yang dia ciptakan di dalam pikiran. Dia membangun sebuah istana dengan banyak ruang dan jalan kunci. Masing-masing ruang ini sudah disiapkan untuk menyimpan informasi dan terbagi lagi menjadi kota-kotak berlabel membentuk katalog, memudahkan otak untuk mencari informasi yang disimpan di dalamnya dengan cepat. Sehingga, ketika dia membutuhkan informasi tertentu untuk memecahkan suatu kasus, dia akan dengan mudah mendapatkannya dari memori yang dia punya.

Pada manusia biasa, umumnya informasi yang ditangkap dan dimasukkan ke dalam memori otak akan tersimpan secara acak, tidak tertata secara baik. Hal ini tak jarang membuat dia kesulitan menemukan informasi ini ketika membutuhkannya. Sherlock Holmes dengan Mind Palacenya bisa dengan cepat menemukan informasi yang pernah disimpan di memori otaknya karena tidak semua informasi yang dia terima dia simpan, memorinya tidak penuh sesak oleh informasi, hanya informasi yang menurutnya penting dan akan berguna saja yang dia ingat, disimpan ke dalam Mind Palace. Menurutnya informasi sampah hanya akan menyulitkannya dalam menganalisa sebuah kasus. Di samping itu, dengan Mind Palace dia dengan mudah bisa menghapus informasi yang dianggapnya sudah tidak dibutuhkan dari ingatannya. Luar biasa keren! Tak heran jika Sherlock Holmes bisa secerdas itu.

Namun, apakah Mind Palace itu benar-benar bisa dilakukan di dunia nyata atau hanya berada dalam dunia imajinasi Athur Conan Doyle saja? Ternyata teknik ini bukan khayalan semata, tetapi benar-benar nyata dan bisa dilakukan. Athur Conan Doyle, pencipta tokoh Sherlock adalah seorang dokter ahli syaraf. Teknik Mind Palace yang dia masukkan ke dalam serial Sherlock ternyata sudah dikembangkan sejak zaman Romawi Kuno. Mind Palace dikenal juga dengan istilah metode Loci (Latin: Locus). Kenapa diberi nama Locus, karena dalam praktiknya teknik ini melibatkan aktivasi daerah otak yang terlibat dalam kesadaran spasial (ruang), seperti korteks medial parietal, korteks retrosplenial, dan hipokampus posterior kanan. Korteks medial parietal ialah aktivitas otak yang terkait dengan pengkodean dan pemanggilan informasi. Korteks retrosplenial adalah aktivasi otak yang terkait dengan memori dan navigasi. Sedangkan hipokampus adalah inti dari sistem saraf memori yang menyediakan kerangka spasial obyektif di mana barang-barang dan peristiwa pengalaman organisme ditampung dan saling terkait (sumber: Wikipedia).

Orang yang Korteks medial parietal-nya terganggu akan mengalami kesulitan untuk menghubungkan suatu lokasi dengan lokasi yang lain, sehingga dia tidak bisa memberikan atau mengikuti petunjuk. Orang seperti ini biasanya sering tersesat dan tidak tahu arah. Sedangkan orang yang korteks retrosplenial-nya tidak berfungsi normal akan mengalami kesulitan dalam mempelajari ruang. Dapat dipastikan orang seperti jika dimasukkan ke dalam sebuah labirin, dia tidak akan mampu keluar dari labirin tersebut karena tidak bisa mengingat daerah labirin mana yang sudah dia kunjungi.

Dalam dunia nyata, saya sering berkhayal untuk membangun Mind Palace saya sendiri. Tidak hanya berkhayal, saya juga pernah berusaha membangunnya. Alangkah enaknya jika Mind Palace saya sudah terbangun, saya akan dengan mudah mengingat informasi yang saya butuhkan. Saya tidak perlu lagi menghafal semua materi yang tertulis di dalam buku, cukup ingat yang penting-penting saja. Saya akan dengan mudah bisa menyaring informasi yang saya terima dari media (terutama sosmed) untuk disimpan ke dalam memori otak. Dengan begitu  otak saya tidak lagi terjejali oleh informasi sampah yang tak berguna. Penggunaan ruang memori otak akan lebih efisien,  dan tentu saja juga menghemat energi yang digunakan untuk aktifitas otak (seperti mengingat dan berpikir). Saya tidak akan lagi kelaparan gara-gara berpikir keras (yang biasanya terjadi di tengah malam saat warung makanan sudah tutup). Sayangnya Mind Palace yang saya bangun belum juga selesai. Haha

Sepertinya memang tidak semua orang mampu membangun Mind Palace. Hanya orang-orang tertentu dengan kemampuan otak di atas rata-rata yang bisa sukses melakukannya. Saya tidak tahu apakah kemampuan otak saya di atas atau di bawah rata-rata. Ini bukan hanya soal kemampuan intelegensi saja, tetapi juga cita rasa seni yang tinggi.


Komentar