Langsung ke konten utama

5 dari 10 Dimensi Alam Semesta

Berbicara soal dimensi, saya jadi teringat Bioskop XXI. Pertama kali saya menonton film 3 dimensi, saya kesulitan memakai kacamata 3D-nya karena harus berlapis dengan kacamata minus saya, sangat tidak nyaman! Tapi yang saya maksud dimensi di sini bukan soal jenis dan kualitas film. Dimensi adalah ukuran untuk mengetahui struktur yang membangun alam semesta, bagaimana ia tersusun menjadi sesuatu yang real seperti yang kita lihat dan rasakan ini. Para Ilmuwan melalui Teori String mengatakan bahwa alam semesta terdiri dari 10 dimensi, yaitu dimensi 1 sampai 10. Teori String disinyalir merupakan kandidat terkuat dan satu-satunya yang akan menjadi TOE (Theory of Everything) yang dicetuskan oleh Stephen Hawking. Sebenarnya ada dua dimensi lagi di bawah 10 dimensi yang ada pada Teori String, yaitu dimensi 0 dan dimensi -1. Namun karena dimensi 0 terlalu rumit dan dimensi -1 adalah ketidak-adaan, maka dua dimensi ini tidak masuk hitungan.

Biasanya saya menjelaskan hal ini kepada siswa saya dengan menggunakan perumpamaan sebuah benda yang secara teori bisa dibelah menjadi dua, misalnya penghapus, pulpen, meja, dan benda-benda lain. Ketika suatu benda dibelah dua menjadi 1/2 , kemudian belahannya dibelah dua lagi menjadi 1/4 , lalu 1/8, 1/16 dan begitu seterusnya sehingga pada ukuran 1/∞ benda itu menjadi sebuah titik yang tidak bisa dibelah lagi, saat itu keberadaan benda tersebut menjadi tidak ada. Lalu apakah benda itu tidak ada? Tentu saja ada. Tapi, ah sudahlah. Simpan dulu energi Anda, tahan agar dahi Anda tidak terlalu berkerut dulu memikirkan ukuran 1/∞ ini. Karena setelah ini akan ada banyak hal yang membutuhkan dahi berkerut Anda.

Nah, kita mulai dari sebuah titik. Titik yang tidak memiliki ukuran. Titik tidak bisa dipresentasikan dengan ukuran panjang ataupun lebar. Titik hanya menunjukkan posisi, meskipun sebenarnya tanpa adanya ruang, titik tidak bisa menunjukkan suatu posisi. Titik yang saya maksud adalah titik sebelum adanya ruang. Titik inilah yang kita sebut sebagai 0 dimensi. Titik terlalu rumit untuk digambarkan sehingga bisa dikatakan bahwa 0 dimensi atau titik ini sebenarnya tidak realistis. Namun begitu, 0 dimensi masih satu tingkat di atas ketidak-adaan, atau -1 dimensi. Meskipun tidak terukur, 0 dimensi inilah yang merupakan unsul dasar alam semesta ini.

Agar terukur, sedikitnya harus ada 2 titik yang terhubung oleh sebuah garis. Dengan adanya garis ini, maka ukuran jarak mulai bisa digunakan. Dengan adanya ukuran jarak, dari 0 dimensi kini telah naik ke 1 dimensi. Tapi ingat, garis ini hanya memiliki ukuran jarak/panjang saja, tidak memiliki ukuran lebar. Di samping itu, penggunaan istilah ‘garis’ sebenarnya kurang pas, karena garis biasanya kasatmata, sementara garis yang menghubungkan 2 titik tadi masih tidak kasatmata. Para Ilmuwan menyebutnya dengan istilah ‘String’, entah apa artinya, ahli linguistik yang lebih tahu. Namun yang saya pahami, maksud dari string atau benang atau apalah namanya ini adalah garis tak terlihat yang menghubungkan 2 titik sehingga membentuk suatu jarak. Istilah String inilah yang menjadi cikal-bakal munculnya Teori String.

Kemudian, apabila garis tadi bergerak ke arah yang berpotongan dengan garis dimensi 1 (misalnya ke samping), ia akan membentuk bangun datar yang tidak hanya memiliki jarak/panjang, tetapi juga lebar. Ukuran panjang dan lebar berada pada dimensi 2. Contoh paling kongkrit dari objek 2 dimensi adalah bayangan. Ketika suatu benda diterpa cahaya dari suatu sudut, maka pada sudut yang sebaliknya akan ada ruang gelap yang tidak terkena cahaya. Apabila di sudut berlawanan itu terdapat kanvas, maka bayangan dari benda itu akan terlihat. Bayangan adalah objek 2 dimensi yang memproyeksikan benda 3 dimensi dari satu sisi. Panjang dan lebarnya bisa diukur, tetapi bayangan tidak memiliki kedalaman/ketebalan.

Selanjutnya, ketika garis panjang dan lebar tadi bersama-sama bergerak ke arah yang berpotongan dengan arah pergerakan garis dimensi 1 dan dimensi 2 (misalnya ke atas atau ke bawah), maka garis-garis tadi akan membentuk bangun ruang yang memiliki panjang,  lebar dan kedalaman. Bangun ruang adalah objek 3 dimensi. Hampir semua benda yang ada di sekitar kita adalah objek 3 dimensi. Contoh objek 3 dimensi yang paling mudah dipahami adalah kubus yang rusuk-rusuknya mengarah ke depan, samping, dan atas.

Mudahnya, bagi yang paham garis koordinat, dimensi 1 itu diukur dengan sumbu x, dimensi 2 diukur dengan sumbu y, dan dimensi 3 diukur dengan sumbu z. Sumbu x belum membentuk ruang, hanya string. Ketika sumbu x berpotongan dengan sumbu y, di situlah ada medan datar tanpa ketebalan/kedalaman. Ketika sumbu x dan y berpotongan dengan sumbu z, di sinilah pola 3 dimensi mulai ada. Luas dan volume objek 3 dimensi bisa diukur, jadi bagi kita yang merupakan makhluk 3 dimensi, dunia 3 dimensi inilah yang benar-benar realistis.

Lalu apakah dimensi ke-4? Dimensi ke-4 adalah garis waktu. Waktu adalah sebuah garis yang bergerak dari masa lampau ke masa saat ini lalu ke masa depan. Suatu materi selain bisa diukur panjang, lebar, dan kedalamannya, juga bisa diukur durasinya. Benda 4 jam yang lalu belum tentu masih sama pada waktu sekarang, bisa jadi sudah berubah atau musnah. Jadi, tambahan garis waktu ini menjadikan suatu benda sebagai objek 4 dimensi. Untuk dimensi 4 ini sudah tidak bisa lagi digambarkan dengan garis sumbu xyz.

Dan dimensi ke-5?

Selama ini kita beranggapan bahwa garis waktu hanya satu, yaitu waktu yang kita lalui ini. Sebenarnya garis waktu lebih dari satu dan saling berpotongan. Selain garis waktu kita yang berjalan dari masa lalu ke masa depan, ada garis waktu lain yang memotong garis waktu yang kita lalui ini. Jika Anda pernah menonton Serial The Heroes, tokoh Hiro yang bisa berpindah waktu dapat merubah masa sekarang dengan kembali ke masa lalu dan melakukan sesuatu yang bisa mengubah masa depan (pada masa lalu itu). Meski dalam serial tersebut terdapat banyak kerancuan teori waktu yang dipaksakan, namun teori Butterfly Efect dalam cerita itu cukup bisa menjelaskan bahwa waktu tidak berjalan seri, tetapi paralel. Ada banyak garis waktu di luar waktu yang kita lalui ini. Jika pada awalnya kita berasumsi bahwa waktu itu memanjang ke masa depan, kini harus dicatat juga bahwa garis waktu juga melebar, dan inilah yang dimaksud dengan dimensi ke-5.

Untuk memahami garis waktu ini, saya akan membuat sebuah perumpamaan dari kisah Anda. Bayangkan seandainya waktu lulus SMP Anda tidak memilih SMA tempat anda belajar dulu, tetapi memilih SMA lain, apakah Anda akan menjadi Anda seperti saat ini? Tentu saat ini Anda tidak akan sama seperti Anda saat ini, karena setiap pilihan hidup yang Anda ambil pada masa lalu memiliki konsekuensi yang berbeda di masa sekarang. Setiap keputusan yang Anda ambil saat ini juga akan menentukan masa depan Anda kelak. Dalam arti lain, Anda yang berada pada titik waktu sekarang sebenarnya memiliki banyak pilihan garis waktu.

Lalu, seandainya kita merasa telah melakukan kesalahan di masa lalu yang berakibat buruk pada saat ini, apakah kita bisa kembali ke masa lalu itu untuk menghindari kesalahan tersebut dan mengambil garis waktu yang berbeda? Jawabannya adalah tidak. Kenapa? Karena kita adalah objek 3 dimensi, sementara garis waktu ada di dimensi 4. Kenapa bisa begitu?

Jadi sebenarnya begini, suatu dimensi memproyeksikan dimensi yang lebih tinggi. Suatu dimensi merupakan bagian dari dimensi yang lebih tinggi, sebagaimana bayangan yang memproyeksikan benda pemilik bayangan itu. Perubahan di dimensi 3 akan mengubah dimensi 2, karena ketika benda itu berpindah atau berubah bentuk, bayangannya juga akan berpindah dan berubah. Sebaliknya, dimensi 2 tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengubah dimensi 3, bayangan tidak bisa mengubah bentuk suatu benda, dia hanya mengikuti saja. Begitu juga dimensi 3 tidak bisa mengubah tatanan waktu yang ada pada dimensi 4. Itu artinya, kita yang berada pada dimensi 3 hanya bisa memahami dimensi 4 tanpa bisa melakukan apapun untuk mengubahnya. Tidak ada ceritanya ada orang yang bisa menghentikan atau mengubah garis waktu (terkecuali dalam cerita fiksi ilmiah). Tetapi waktulah yang terus berubah membuat dunia 3 dimensi ikut berubah bersamanya. Jadi, kita yang berada di dunia 3 dimensi hanya bisa maju terus ke masa depan sambil berusaha membuat keputusan-keputusan yang tepat untuk kebaikan masa depan agar tidak menyesal di kemudian hari. Eh? Kok tahu-tahu udah pindah pembahasan ke urusan nasib ya? Haha

Oke, next…!

Bagaimana dengan dimensi ke-6? Tunggu dulu, sepertinya saya sudah kelaparan. Cari angkringan dulu, boss.

Komentar