Langsung ke konten utama

Perjalanan Waktu

Waktu, satu dari dua dimensi kehidupan yang sangat dekat dengan kita, tapi tetap tak terjangkau, di samping dimensi ruang yang juga masih penuh misteri hingga saat ini. Keberadaannya dapat kita rasakan meski tak tertangkap panca indera. Waktu menggerogoti wujud, dari ketiadaan menjadi keberadaan kemudian menjadi ketiadaan lagi dan begitu seterusnya. Hanya waktu itu sendiri yang seakan kekal dan tak lekang oleh dirinya sendiri.

Waktu, kapankah berawal dan kapan juga nanti akan berakhir? Tak ada yang tahu atau mampu merumuskannya. Teori-teori yang muncul tentang lahirnya alam semesta, Big Bang, masih belum bisa memecahkan misteri waktu. Sebab, jika pun Big Bang adalah awal keberadaan, bukankah sebelum itu ada masa di mana tidak ada yang namanya keberadaan. Meski waktu adalah bagian dari keberadaan itu sendiri, namun seakan keberadaan dan waktu adalah dua kutub magnet yang tak terpisahkan, tapi sekaligus tolak-menolak.

Bersyukurlah bagi orang yang beriman kepada Tuhan karena dia tidak perlu sibuk-sibuk mempertanyakan misteri waktu, cukup kembalikan semuanya pada Tuhan, urusan selesai dan dia hidup tenang. Namun, selamat untuk orang yang tetap menggunakan akalnya untuk berfikir dan berusaha memecahkan misteri tersebut karena dia termasuk golongan orang-orang yang terberkati. Inna fî dzâlika laâyâtin liulil albâb.

Tak perlu terlalu jauh menjangkau ke awal kejadian atau akhir dari keberadaan, cukup kita berandai-andai saja, berandai-andai hal kecil yang mungkin dianggap mustahil bagi kebanyakan orang. Andaikan, andaikan kita bisa kembali ke masa lalu, tak perlu terlalu lama, cukup sekitar 24 jam dalam ukuran waktu bumi. Kita kembali ke masa kemarin dan hidup di sana. Apakah itu akan berpengaruh terhadap kenyataan hari ini? Setiap hal yang terjadi hari ini adalah hasil dari apa yang terjadi kemarin. Jadi, seandainya kemarin dirubah, maka hari ini secara otomatis akan berubah juga.

Apakah itu mungkin? Mungkin saja. Pada tingkatan yang lebih ringan, tidak sampai merubah, tapi mengalami sesuatu yang seakan pernah kita alami sebelumnya. Kita mengulangi sesuatu dari masa lalu tanpa kita bisa merubahnya. Pengalaman yang oleh sebagian ilmuwan disebut dengan Deja Vu ini dialami oleh beberapa orang dengan kecerdasan di atas rata-rata. Fenomena Deja Vu bisa jadi merupakan indikasi bahwa kita sebenarnya hidup dalam waktu yang paralel. Ada dimensi waktu lain yang sejajar dengan waktu yang kita jalani ini. Kita juga hidup di dimensi waktu tersebut dan pada saat-saat tertentu kita yang di sana berinteraksi dengan kita yang di sini sehingga kita akan mengalami Deja Vu.

Dimensi waktu adalah portal kehidupan dengan jumlah tak terhingga, sebanyak kemungkinan yang ada pada segala sesuatu yang ada di alam semesta. Jadi, dari portal waktu yang satu kita bisa melompat ke portal waktu yang lain, dan di sana kita akan mendapati aktor yang sama dengan yang kita temui pada portal pertama. Perjalanan kehidupan kita ini melewati portal waktu yang bergerak maju dengan kecepatan yang sama dan tidak pernah berhenti. Tanpa kita sadari, kita berjalan terus ke depan, hanya kadang sesekali berpindah ke samping seperti bermain gameboy, tergantung pilihan yang kita buat. Tak sekalipun kita berfikir untuk mundur sedikit dan memperbaiki kesalahan yang kita lakukan kemarin dengan membuat pilihan yang lain, yakni pindah ke portak waktu yang berbeda dari yang kita pilih kemarin.

Komentar