Langsung ke konten utama

Kacamata Baru

Ini adalah keempat kalinya aku beli kacamata sejak aku divonis minus oleh dokter pada pertengahan tahun 2008. Empat hari setelah aku memesan kacamata yang baru, aku mendapatkan pesan via SMS dari Pramata Optik bahwa kacamataku sudah siap. Pesan itu masuk hari Selasa sore, jadi Rabu pagi sudah bisa diambil ke Sumenep. Namun, karena hari Rabunya aku berhalangan, maka agenda mengambil kacamata pesanan ke Sumenep kutunda ke hari Kamis.

Hari Kami pagi, sekitar jam 08.30 aku berangkat ke Sumenep bersama Pak Rahem. Sebenarnya rencana awal kami akan berangkat jam 07.30, tapi berhubung motornya Adlan Ali yang biasa digunakan untuk bepergian sedang digunakan, maka terpaksa kami harus mencari motor lainnya. Alhamdulillah akhirnya kami mendapat pinjaman motor dari Pak Abu Sairi, dengan syarat kami harus sudah tiba di Pondok sebelum Dhuhur. Aku setuju, karena memang setiap hari aku punya jadwal adzan Dhuhur, jadi sebelum waktu Dhuhur tiba aku harus sudah berada di PP. Annuqayah Latee.

Akhirnya aku dan Pak Rahem pun berangkat. Aku ke Sumenep untuk mengambil kacamata yang kupesan enam hari yang lalu. Namun selain itu ada beberapa keperluan lain yang harus kami lakukan, oleh karena itu saya pergi bersama Pak Rahem, tidak sendiri.

Tiba di Sumenep, sebelum pergi ke Pratama Optik, kami selesaikan dulu keperluan yang lain. Baru sekitar jam 10.30 kami tiba di Pratama Optik untuk mengambil kacamata yang aku pesan. Setelah membayar sisa harga, kacamata itu secara penuh sudah menjadi milikku, akupun langsung memakainya. Sementara kacamata yang lama aku taruh di kotak tempat kacamata baruku itu.

Kacamataku kali ini berbeda dari kacamata-kacamata yang telah aku beli sebelumnya. Sejak pertama kali aku memakai kacamata, yaitu kelas XI MA Tahfidh Annuqayah, aku sudah berubah kacamata tiga kali, jadi total ada empat kacamata yang aku punya. Kacamata pertamaku dibelikan oleh pamanku Muhammad Rohim di Jakarta.

Kacamata pertama

Kacamata pertamaku frame-nya terbuat dari plastik, kecuali pada bagian font frame yang terbuat dari metal. Lensanya bening berbahan kaca (glass), jadi cukup berat dipakai. Temple-nya (gagang framenya) lurus sehingga tidak mengait ke bagian belakang telingaku. Akibatnya, kacamataku itu sering melorot ke depan dan mengurangi kenyamanan memakai kacamata. Warna frame cokelat dominan dan temple-nya kuning kecokelatan. Sayang kacamata pertamaku itu tidak bertahan lama, sebab satu tahun kemudian catnya sudah terkelupas dan lensanya pecah. Jadi, aku ganti dengan kacamata yang baru.

Kacamata kedua aku beli di Rahma Optik Sumenep. Modelnya lebih jelek dari kacamata pertamaku, tapi lebih cocok dengan bentuk wajahku darpada kacamata pertama.
Kacamata kedua
Warnanya hitam, dan lensanya kini tidak berbaha kaca lagi, melainkan plastik mika. Jadi, bobot lensanya berkurang. Tapi sayang, aku kurang jeli memilih frame, aku memilih frame yang berbahan metal sehingga walaupun bobot lensanya berkurang, tapi bobot framenya jauh lebih berat daripada kacamata pertamaku. Selain itu, bagian pinggir gagangnya menekan pelipisku cukup kuat dan meninggalkan bekas jika digunakan dalam waktu yang lama. Kacamata keduaku ini umurnya cukup panjang, sekitar tiga tahun, yaitu sejak aku duduk di kelas XII MA hingga semester IV di bangku kuliah. Tentu saja catnya terkelupas semua dan ukuran minusny sudah tidak cocok dengan minus mataku yang betambah. Jadi akupun memutuskan untuk mengganti kacamata lagi.
Kacamata ketiga adalah kacamata yang murni kubeli sendiri dengan uangku sendiri. Modelnya juga aku putuskan sendiri tanpa melibatkan orang tua ataupun paman. Kacamataku yang ini lensanya dilengkapi dengan lapisan lensa anti UV (sun glasses) yang dapat dibongkar-pasang. Lensa anti UV tambahan ini dipasang di depannya lensa minus dan di tahan oleh magnet yang ada di Bar (bagian atasnya bridge). Ketika lensa anti UV ini dipasang, total ada dua lapis lensa yang melekat pada Rim kacamataku. Pertama lensa minus yang ada pada lapisan dalam dan lensa anti UV yang ada pada lapisan luar. Jadi ketika aku berada di tempat yang silau, lapisan lensa anti UV kupasang sehingga mataku tidak perlu memicingkan mata karena menyesuaikan diri dengan intensitas cahaya. Selain itu, mataku juga akan terlindungi dari terpaan sinar ultraviolet. 

Kacamata ketiga.
Kiri: sebelum lapisan lensa anti UV dipasang.
Kanan: setelah lapisan lensa anti UV dipasang.
Urusan warna, aku masih mempertahankan warna hitam sebagai warna dominan frame kacamataku. Bedanya dari kacamataku yang kedua, bagian temple kacamataku yang ketiga ini lebih lebar dan terlihat lebih kokoh. Aku sangat menyukai kacamataku yang ketiga ini, sebab sangat jarang ada orang yang memakai kacamata minus yang dilengkapi dengan lapisan lensa anti UV. Jadi, selain untuk membantu penglihatan, kacamata ini juga bisa kugunakan untuk bergaya. Namun pada akhirnya, sesuka apapun aku pada kacamata ini, akhirnya kacamata itu pun rusak karena kecelakaan. Framenya pecah karena tanpa sengaja kutiduri hingga tak bisa diperbaiki lagi. Terpaksa akupun harus membeli kacamata yang keempat meskipun masih harus minta uang pada orang tuaku.

Untuk kacamata yang keempat, aku mempertimbangkan banyak hal dalam memilih frame yang cocok denganku, tidak hanya dari segi model, tapi juga fungsi dan teknologinya. Dari sekian banyak pilihan, aku memilih frame yang berbahan full plastik dan sangat tipis. Frame yang kupilih kali ini bisa dibengkokkan sampe sebengkok-bengkoknya. Karena berbahan plastik, maka bobotnya pun jauh lebih ringan daripada kacamata-kacamata yang pernah aku pakai. Dan untuk mempertahankannya agar tetap ringan, maka aku juga memilih lensa yang terbuat dari plastik mika. Warna frame yang kupilih saat ini tidak lagi hitam, tapi cokelat, kembali seperti kacamata pertamaku. Bedanya, kacamataku yang sekarang berbahan full plastik dan sangat ringan, sementara kacamata pertamaku berbahan plastik dan metal.

Kacamata keempat, frame full plastik dengan lensa transisi:
Kiri: lensa berwarna bening saat tidak terkena sinar matahari (tidak ada sinar ultraviolet)
Tengah: lensa berubah agak keruh dalam intensitas ultraviolet rendah
Kanan: lensa berubah semakin gelap saat diterpa sinar matahari langsung
Ini adalah kali pertama aku memilih kacamata yang 100 persen berbahan plastik. Dengan begitu secara bobot, ini adalah kacamata paling ringan yang pernah aku punya. Kacamata-kacamata sebelumnya masih ada unsur metalnya. Memang kebanyakan frame berbahan metal lebih kusukai daripada yang berbahan plastik. Sebab, frame berbahan metal biasanya memiliki bentuk yang elegan dan mewah, tidak terkesan seperti kacamata mainan seperti frame berbahan plastik. Tetapi jika melihat fleksibelitas dan bobotnya, frame berbahan plastik menjadi pilihan yang lebih baik. Frame berbahan plastik tidak bercat sehingga resiko cat terkelupas yang dapat merusak keindangan frame tidak ada. Selain itu, dengan bobot yang ringan, frame berbahan plastik lebih nyaman dipakai dan tidak mudah membuat lelah. Maka dari itu, kali ini aku lebih memilih frame berbahan full plasti demi kenyamanan pemakaian.

Namun dibanding kacamataku yang ketiga, kacamataku yang keempat ini memiliki kekurangan, yaitu tidak disertai lapisan lensa anti UV. Memang sangat disayangkan, tapi sebagai gantinya aku memilih menggunakan lensa transisi dengan konsekwensi harga yang lebih mahal. Harga lensa minus biasa berkisar antara 120 hinga 150 ribuan. Sementara lensa minus transisi harganya yang paling murah adalah 250 ribu. Bedanya dengan lensa biasa, lensa transisi dapat berubah warna secara otomatis jika terkena sinar ultraviolet. Sederhananya lensa transisi akan berubah dari bening menjadi keruh berwarna seperti sun glasses ketika diterpa sinar matahari. Jadi lensa ini secara otomatis akan melindungi mata pemakainya dari sinar ultraviolet yang membahayakan mata. Warna pilihannya juga bermaca-macam, ada brown, hitam, hijau, dan biru. Aku pilih warna cokelat keabuan untuk menyesuaikannya dengan warna frame. Total aku menghabiskan 600 ribu rupiah untuk kacamata keempat ini.