Langsung ke konten utama

Awan

faruq's_photograhpy Awan di senja hari
Akhir-akhir ini saya sangat menyukai awan. Tiap kali memandang ke langit, rasanya saya ingin berlama-lama melihat awan. Kamera yang saya pegang selalu saja (tanpa terasa) terarah pada awan, lalu kujepretkan. Awan begitu indah, nikmat dipandang dan membawa kesan tersendiri ke dalam hati tatkala saya melihatnya. Ada secercah ketenangan yang terasa menyejukkan tatkala melihat lukisan-lukisan putih pada kanvas berwarna biru itu.

Awan memang bukan pemandangan yang hijau, tapi dia adalah pemandangan yang alami. Bentuknya dinamis mengikuti pergerakan angin dan perubahan cuaca. Ada kalanya berwarna putih seperti kapas, ada kalanya hitam kelam seperti asap, ada kalanya berwarna jingga di saat sore hari dan disebut mega. Suatu ketika awan membentuk arsiran-arsiran kecil di langit, di saat berbeda awan juga membentuk gulungan-gulungan atau gunung-gunung yang begitu besar. Di waktu malam saat bulan bercahaya terang, awan melewatinya bergerak cepat menyuguhkan pemandangan yang begitu mempesona. Bentuk yang dinamis ini membuatnya tak pernah membosankan untuk dilihat berlama-lama.

Waktu kecil dulu, saya pernah punya impian untuk membangun sebuah istana megah di atas awan. Istana berkubah emas yang besar dengan dinding-dinding kokoh berwarna keperakan. Kubayangkan juga istana itu dikelilingi oleh jembatan-jembata indah berwarna putih yang menghubungkannya dengan gunung-gunung di atas bumi, sehingga saya dapat dengan mudah pulang pergi dari bumi ke istana awan itu melewati jembatan-jembatan yang menyerupai jalurnya roller coaster. Alangkah indahnya punya tempat tinggal di atas awan!
Beberapa foto awan lainnya
Impian itu muncul setelah saya menonton film serial Kera Sakti yang mengisahkan perjalanan Biksu Tong ke barat mencari kitab suci. Di dalam serial itu pernah diceritakan Sun Go Kong, salah satu tooh utama, diudang ke sebuah perjamuan dewa di istana langit. Setelah dia tiba di tempat perjamuan, ternyata tempat itu bukanlah tempat biasa, tapi istana para dewa. Di istana itu terdapat meja-meja oval yang di atasnya dipenuhi cawan-cawan berisi minuman dan buah segar serta dikelilingi asap tipis berwarna putih. Sementara itu dayang-dayang berseliweran ke sana kemari memakai baju dan selendang berwarna putih dengan rambut panjang terurai ke belakang tersisir rapi. Mereka mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam perjamuan, dari mempersiapkan makanan hingga memainkan musik pengiring. Indahnya!

Imajinasi masa kecilku itu sudah jarang aku nikmati tergantikan oleh pikiran-pikiran serba serius yang sangat membebani. Tak ada lagi waktu untuk mengkhayal sepuas-puasnya seperti waktu masih anak-anak dulu. Namun kini imajinasi itu kembali lagi mengingatkanku akan masa lalu. Sejak dulu saya sangat penasaran seperti apakah bentuk awan itu? Saya ingin memegangnya, ingin merengkuh dan memeluknya. Pasti lembut sekali terasa di kulit. Tak jarang saya mendengar bahwa awan itu padat. Di saat pesawat terbang mencapai ketinggian awan dan melewatinya, kata orang rasanya akan seperti naik kendaraan darat di jalan berbatu yang tidak rata, bergeronjal. Saya semakin penasaran pada awan dan ingin membuktikan benarkah bahwa awan itu padat seperti yang dikatakan orang-orang, atau halus dan ringan hingga terbawa angin seperti yang saya lihat setiap hari di langit. Akhirnya rasa penasaranku itu terjawab pada tahun 2011 yang lalu, yaitu saat saya naik pesawat untuk pertama kalinya. Ternyata tidak seperti yang diceritakan orang-orang, awan itu tidak padat, tapi berbentuk kabut tebal seperti asap. Ia berbentuk butiran-butiran kecil seperti embun saat pagi, dan terkadang lebih padat sedikit membentuk kristal es dan membentuk salju. Pesawat yang bergeronjal waktu melewati awan bukan karena padatnya awan, melainkan karena hembusan angin yang begitu kuat sehingga mempengaruhi keseimbangan pesawat waktu terbang, tak jauh beda seperti layang-layang waktu dihembus angin yang terlalu kuat hingga sulit dikendalikan.

Terlepas dari itu semua, awan adalah salah satu ciptaan Yang Kuasa. Awan adalah salah satu tanda kekuasaanNya. Saya suka awan tidak hanya karena awan itu indah, tapi juga sangat berguna. Awanlah yang melindungi manusia dari terik sinar matahari, awan juga yang menurunkan hujan hingga makhluk di atas bumi bisa hidup karenanya. Tapi, awan juga bisa marah dan mengeluarkan petir yang dapat menyambar apa saja dan menghanguskannya.

Dalam ilmu fisika dan geografi, awan terbentuk oleh uap air dari permukaan laut dan hutan serta uap air yang ada di berbagai tempat di atas permukaan bumi. Ari yang tergenang atas permukaan tanah dan yang tersimpan di dalam daun-daun pepohonan menguap saat diterpa sinar matahari. Kemudian uap air itu naik ke atmosfer hingga mencapai ketinggian tertentu hingga menemukan suhu yang lebih dingin. Saat itulah uap air akan berubah menjadi butiran-butiran air super kecil yang mengambang di atmosfer yang dapat turun kapan saja dalam bentuk hujan. Jika suhu atmosfer terlalu dingin, butiran-butiran air tersebut akan berubah lebih padat dan turun ke bumi dalam bentuk salju.

Butiran-butiran air yang berkumpul membentuk awan itu mengandung muatan listrik yang sangat besar hasil dari pergesekan secara teratur dengan atmosfer. Pada saat terjadi perbedaan yang cukup besar antara muatan listrik awan dan bumi, maka akan terjadi pembuangan muatan listrik negatif (elektron) dari awan ke bumi untuk mencapai keseimbangan. Saat itulah awan mengeluarkan petir yang mengandung muatan listrik yang sangat kuat hingga jutaan volt. Bisa dibayangkan gimana rasanya terkena sambaran petir? Saya yang kesetrum listrik rumahan 220 volt saja rasanya ketarik-tarik dan ngilu di sekujur tubuh, itupun kesetrumnya hanya sesaat, sementara petir muatan listriknya ratusan bahkan ribuan kali di atas listrik rumahan.

Itulah awan yang saya kagumi. Entah hingga kapan kekagumanku pada awan ini akan berlanjut.